Sunday, August 10, 2008

Manusia Jawa pernah meneroka Eropah?


Pecahan tulang tengkorak yang ditemukan di sebuah tambang Jerman ternyata berasal dari manusia jawa, manusia purba yang sebelumnya diyakini penduduk asli Asia. Dengan penemuan itu, memicu spekulasi bahwa manusia purba Asia pernah menjelajah Eropa.

Alfred Czarnetzki, seorang profesor di Universitas Tuebingen, mengumumkan pekan lalu bahwa kerangka tersebut, yang ditemukan pada 2002, “Usianya paling tidak 70.000 tahun dan begitu mirip manusia jawa sehingga boleh jadi merupakan kembarannya.”

Tulang tengkorak itu berasal dari spesies Homo erectus, sedangkan manusia modern dikenal sebagai Homo sapiens, yakni manusia yang sudah berbudaya.

Manusia Jawa adalah nama yang diberikan kepada fosil yang ditemukan pada 1891 di Trinil, tepian Bengawan Solo. Fosil ini merupakan salah satu spesimen Homo erectus atau manusia purba berjalan tegak yang paling pertama dikenal.

Penemunya, Eugene Dubois, memberikan nama ilmiah Pithecanthropus erectus, sebuah nama yang berasal dari akar Yunani dan Latin yang berarti manusia kera berjalan tegak.

Karl-Werner Frangenberg, seorang pemburu fosil, menemukan bagian atas tengkorak pada 2002 di sebuah lubang batu di Leinetal dekat Hanover. Istrinya, yang memiliki hobi sama, menemukan bagian pelipis dua tahun kemudian.

Sama dengan fosil Trinil

Tulang-belulang itu, yang kini diyakini merupakan kerangka manusia tertua yang pernah ditemukan di Jerman, saat ini dipamerkan di Museum Hanover.

Kerangka tertua Jerman sebelumnya adalah spesies lain, yakni Homo heidelbergensis, yang ditemukan pada 1907 dan berusia sekitar 600.000 tahun.

Czarnetzki mengakui kesulitan mengukur usia fosil secara tepat, tapi dirinya yakin dengan kesamaan pada penemuan fosil manusia purba di Jawa pada 1891.

“Penemuan ini mengindikasikan bahwa manusia purba Asia pernah menyebar ke Eropa,” katanya, seraya menambahkan artikelnya mengenai penemuan tersebut telah diakui Journal of Human Evolution dan akan segera diterbitkan. Ia mengemukakan, tak ditemukan DNA dalam pecahan tulang itu, tapi ada jejak protein.


Para ilmuwan menemukan fosil hewan berkaki empat paling primitif di Latvia. Fosil makhluk yang hidup 365 juta tahun lalu itu mungkin dapat menambah informasi untuk mengungkap hubungan kekerabatan antara ikan dan hewan yang hidup di daratan.

Tulang kaki dan jari-jarinya tidak ditemukan, tapi dari struktur tulangnya dapat dipastikan sebagai hewan berkaki empat. Sebab, selain tengkorak, ditemukan pula tulang bahu dan tulang panggul. Hewan yang diberi nama Ventastega curonica itu diperkirakan hidup di air dangkal. Ia mungkin lebih banyak menggunakan keempat kakinya untuk berjalan di dasar perairan daripada berenang.

“Jika Anda melihatnya dari jauh, ia mirip aligator kecil, namun jika Anda melihat dari dekat akan melihat sirip di bagian ekornya,” ujar Per Ahlberg, profesor biologi evolusi di Universitas Uppsala, Swedia, yang melaporkannya dalam jurnal Nature edisi terbaru.

Meski hidup di air, ia lebih mirip tetrapoda daripada ikan. Hewan tersebut mungkin hidup di perairan dangkal dan lebih suka merayap di dasar. Tetrapoda selama ini diyakini sebagai saudara tua amfibi, burung, dan mamalia. Namun, para ilmuwan tidak yakin hewan tersebut merupakan transisi antara ikan dan hewan darat. Meski struktur tubuhnya paling primitif, ada hewan lain yang lebih tua namun dengan struktur yang lebih mendekati hewan darat. Ventastega diperkirakan hanya salah satu tetrapoda yang tidak melanjutkan cabang kekerabatannya.

Sampai saat ini, para ilmuwan yakin sejumlah makhluk darat memiliki nenek moyang yang hidup di air. Namun, masih sedikit informasi bagaimana makhluk air mulai berkembang di darat. Perubahan lingkungan, seperti perairan yang mendangkal atau menurunnya pasokan makanan mungkin salah satu faktor yang mendorong kelompok makhluk air beradaptasi dengan lingkungan daratan.

Kubur Kuno


Pekerja konstruksi subway atau ruas jalan bawah tanah di Yunani tanpa sengaja kembali menemukan kuburan kuno yang berisi barang-barang berharga. Kuburan yang ditemukan di daerah Thessaloniki, utara Yunani, itu diperkirakan berusia 2.300 tahun.

Kuburan tersebut berisi kerangka seorang wanitaSelain itu, bersamanya juga ditemukan banyak perhiasan dari emas dan benda-benda berharga lainnya. Saat dikuburkan, jasad dalam kerangka tersebut mungkin dihiasi empat kalung emas berbentuk lingkaran dan anting emas berbentuk kepala anjing, lengkap dengan batu-batu yang cukup berharga.

Kabar tersebut dibenarkan Kementerian Kebudayaan Yunani (6/6). Menurut pihak Kementerian, di antara barang-barang yang terkubur tersebut terdapat pula cermin perunggu, pot bunga perunggu, dan enam biji pot tanah liat. Meski demikian, kuburan tersebut kondisinya tidak lagi utuh. Beberapa bagiannya telah hancur karena pembangunan saluran pipa limbah modern.

Penemuan kuburan ini cukup mengejutkan. Sebab, siapa yang bakal menyangka saat pembangunan subway yang direncanakan selesai tahun 2012 tersimpan sejarah yang mungkin belum terungkap.

Editor : Mangku Bumi

Penemuan Markas Tentera Kuno


Para arkeolog Mesir menemukan apa yang mereka yakini sebagai markas tentara Firaun, penjaga perbatasan timur laut Mesir selama lebih dari 1.500 tahun.

Markas yang serupa kota kecil berbenteng itu diidentifikasikan sebagai wilayah kuno yang dikenal dengan nama Tharu. Tharu berada di semenanjung Sinai sekitar 3 kilometer di timur laut kota Qantara, ujar arkeolog Mesir, Mohamed Abdel Maksoud. Benteng itu berada pada permulaan jalan militer yang menghubungkan Lembah Nil dengan Levant, di mana saat itu berada di bawah kekuasaan Mesir.

Sesungguhnya para arkeolog telah meneliti situs itu sejak 1986. Namun prasasti yang ditemukan tahun inilah yang menunjukkan titik terang mengenai lokasi tersebut. Prasasti itu menyebut tiga Firaun - Tuthmosis II, yang berkuasa sekitar 1512 sebelum Masehi sekaligus pembangun instalasi militer sepanjang rute itu, Seti I dan Ramses II, yang memerintah Mesir tahun 1318 hingga 1237 sebelum Masehi.

Benteng tanah lempung

Markas tentara itu berisi reruntuhan tembok benteng yang terbuat dari batu lempung, berasal dari masa Ramses II seluas 500 meter kali 250 meter, dengan menara-menara setinggi empat meter.

“Penelitian awal terhadap situs itu menunjukkan bahwa benteng ini merupakan markas tentara Mesir dari masa Kerajaan Baru hingga masa Ptolemaic,” kata Maksoud. Jaman Kerajaan Baru dimulai sekitar tahun 1570 sebelum Masehi dan periode Ptolemaic berakhir dengan kematian Cleopatra pada abad pertama sebelum Masehi.

“Bentuk-bentuk arkeologis benteng ini sesuai dengan tulisan di prasasti kuil kuno Mesir yang memperlihatkan bentuk kota Tharu, yang berada di permulaan jalur militer Horus,” tambahnya.

Tulisan prasasti juga menyebut kuil Kerajaan Baru di utara sinai dan gudang di mana tentara Mesir kuno menyimpan makanan, senjata, tungku, cap, serta guci-guci tanah.

Editor : Pena Sakti al-Baehaqie



Mesir adalah lautan piramida, tapi masih ada saja ditemukan piramida baru yang terkubur di bawah timbunan pasir selama bertahun-tahun. Situs arkeologi yang pantas disebut sebagai Piramida yang Hilang tersebut diperkirakan sebagai makam Menkauhor, raja dinasti ke-5 yang berkuasa selama delapan tahun pada 2400 sebelum Masehi.

Piramida tersebut sebenarnya ditemukan pertama kali pada pertengahan abad ke-19 dan didokumentasikan sebagai Piramida Tanpa Kepala atau Nomor 29. Namun, piramida tersebut tertutup timbunan pasir di Saqqara yang merupakan kompleks pemakaman raja-raja Mesir Kuno.

“Piramida tersebut dilupakan orang hingga kami mulai melakukan pencarian di area ini,” ujar Zahi Hawass, sekretaris jendral Dewan Arkeologi Mesir. Butuh waktu 1,5

tahun untuk menggali pasir yang mencapai tinggi 7,6 meter yang menimbunnya.

Para arkeolog yakin piramida tersebut berasal dari zaman Kerajaan Tua periode 2575-2150 sebelum Masehi. Meski dilihat dari bentuknya, piramida tersebut berasal dari Kerajaan Tengah antara 1975-1640 Sebelum Masehi, struktur piramid terbuat dari batu granit merah yang merupakan ciri piramida Kerajaan Tua. Ruang makam juga mengandung peti batu yang khas Kerajaan Tua. Selain itu, piramida tersebut berdekatan dengan piramida Teti, raja pertama dinasti ke-6.

Sayangnya, tidak ditemukan makam raja di dalam piramida tersebut. Namun, piramida di sekitarnya menguatkan pendapat bahwa piramida yang baru digali merupakan peninggalan Menkauhor. “Ada beberapa piramida raja yang hilang, dan ini salah satunya,” ujar Hawass.

Editor : Dahulu Kala